Minggu, 04 Maret 2012

Pengendalian Penyakit Cupang


Pengendalian Penyakit Cupang

Walaupun tahan terhadap kondisi air media yang miskin oksigen dan dapat hidup dalam media sempit, ikan cupang rentan terhadap serangan penyakit. Hal tersebut terjadi, baik pada ikan cupang hias maupun ikan cupang adu. 
Bisa jadi, cupang hias yang sedang berenang dengan anggun dan tenang sambil mengembangkan seluruh siripnya, tiba-tiba terlihat seperti bergetar. Selanjutnya, ikan cupang tersebut terlihat terhuyung dan membenturkan tubuhnya ke dinding akuarium. Hal tersebut bisa menjadi pertanda bahwa ikan cupang terserang penyakit. Begitu pula pada ikan cupang adu yang terkesan garang sekali pun.
Agar risiko serangan penyakit tersebut dapat dihindari, sebaiknya penangkar perlu memperhatikan kesehatan ikan cupang. Adapun perawatan kesehatan yang dimaksud mencakup upaya pencegahan datangnya serangan penyakit dan melakukan pengobatan terhadap penyakit yang menyerang.

 
A. Pencegahan Penyakit

Meskipun obat yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit ikan sudah banyak beredar di pasaran, tetapi langkah pencegahan srangan penyakit merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Jika penyakit sudah menyerang, penanganan penyakit menjadi lebih rumit dan membutuhkan biaya tambahan.

Untuk mengetahui langkah pencegahan yang perlu dilakukan, sebelumnya peternak perlu mengetahui faktor apa saja yang dapat menjadi potensi munculnya serangan penyakit. Berikut beberapa faktor penyebab munculnya serangan penyakit.

1)            Pakan yang kurang higienis. Hal ini bisa terjadi saat pemberian pakan alami yang berasal dari tempat yang kotor.

2)            Kualitas air yang buruk. Hal ini terjadi karena—misalnya—keasaman (pH) air kurang dari 6,2 atau lebih dari 7,2; kesadahan di bawah 5o HD; dan suhu di bawah 25o C.

3)            Tubuh ikan terluka. Hal ini dapat disebabkan karena perlakuan kasar saat menangkap ikan.

 
Setelah mengetahui faktor yang dapat menjadi pencetus munculnya serangan penyakit tersebut, penangkar dapat melakukan beberapa langkah pencegahan. Adapun langkah pencegahan serangan penyakit tersebut dilakukan sebagai berikut.

1)            Bersihkan pakan alami sebelum diberikan pada ikan. Lebih baik lagi jika dilakukan sterilisasi dengan memberikan antibiotika, seperti telah dijelaskan pada bab pakan sebelumnya.

2)            Ganti air media minimal tiga hari sekali.

3)            Tempatkan wadah pemeliharaan di tempat yang teduh dan tidak terkena curah hujan secara langsung agar suhunya tidak turun secara drastis. 

4)            Pertahankan suhu dengan cara menjemur wadah pemeliharaan dua hari sekali pada pukul 08.00—10.00. Jika musim hujan, tambahkan air hangat ke dalam media hingga suhu air normal, yaitu 25o—28o C.

 

B.Pengobatan Penyakit

Langkah pengobatan penyakit dilakukan setelah ikan terserang penyakit. Agar efektif, pengobatan perlu dilakukan sesuai dengan jenis penyakit yang menyerang. Ada dua tipe penyakit yang biasa menyerang ikan cupang, yaitu penyakit bakterial dan nonbakterial. 

1.            Penyakit bakterial

Penyakit bakterial merupakan penyakit yang disebabkan oleh serangan bakteri. Dalam pembahasan ini, penyakit bakterial yang dimaksud meliputi penyakit yang disebabkan oleh jamur (jamur putih), bakteri (busung), serta parasit (velvet dan berak putih).
a.      Penyakit jamur putih

Penyakit jamur putih (white spot) disebabkan oleh jamur atau cendawan berbentuk seperti kapas, yaitu Ichtyophtirius multifilliis atau disebut juga dengan jamur itch. Serangan jamur ini dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut.

1)            Pakan alami seperti kutu air, larva nyamuk, atau cacing sutera yang diambil dari tempat kotor langsung diberikan ikan tanpa dibersihkan terlebih dulu. 

2)            Air media tidak pernah diganti sehingga pH-nya menjadi rendah.

3)            Kondisi ikan sedang kurang baik, misalnya karena mengalami perjalanan yan jauh.

 
Pada stadium III, serangan jamur dapat diketahui dari adanya gumpalan putih seperti kapas yang melekat di tubuh ikan. Secara perlahan, jamur akan menggerogoti tubuh dan sirip hingga pada akhirnya ikan mengalami kematian. Oleh sebab itu, keberadaan jamur ini perlu dipantau oleh penangkar. Adapun gejala serangan penyakit jamur putih dapat diketahui dari beberapa tingkah laku ikan berikut ini.
1)            Tubuh dan sirip ikan sesekali digetarkan.

2)            Tubuh sering dibenturkan pada benda keras di sekelilingnya.

3)            Terdapat bintik-bintik berwarna putih seperti butiran garam pada tubuh dan sirip ikan.

4)            Nafsu makan berkurang dan ikan terlihat tidak bergairah.

 

Pengobatan penyakit dilakukan dalam wadah dengan permukaan lebar. Isi wadah dengan air hingga setengah bagian. Selanjutnya, larutkan satu tetes obat antijamur yang mengandung bahan aktif tetra methyl para amino triphenyl dalam empat liter air.

Setelah larutan siap, masukkan ikan cupang yang sakit ke dalamnya dan aduk perlahan. Selanjutnya, diamkan ikan selama 15 menit. Setelah itu, ikan cupang dapat dipindahkan kembali ke dalam wadah pemeliharaan.

Sebelum memasukkan kembali ikan cupang ke dalam wadah pemeliharaan, ganti air media dengan yang baru. Air media yang baru tersebut perlu dibubuhi obat antijamur dengan konsentrasi satu tetes per enam liter air. Agar kondisi air tetap baik, beri ikan pakan setelah perendaman selesai dilakukan. 

Perlakuan pengobatan tersebut dilakukan selama tiga hari berturut-turut. Biasanya, penyakit yang masih berada dalam stadium awal akan hilang setelah hari ke-3. Perlakuan saat pengobatan perlu dilakukan dengan hati-hati agar sirip ikan tidak rusak.


b.            Penyakit busung

Penyakit busung atau disebut juga dengan penyakit gas buble disebabkan oleh serangan bakteri Salmonella sp. Bakteri ini menyerang bagian dalam tubuh sehingga ikan tidak dapat membuang kotorannya. Penyakit busung disebabkan oleh pakan alami yang tidak higienis. Pakan alami, terutama cacing sutera dan larva nyamuk, dianggap sebagai penyebab utama. Serangan bakteri ini dapat menyebabkan kematian pada ikan.

Gejala penyakit pada stadium awal umumnya agak sulit dideteksi. Biasanya, ikan terlihat kekenyangan dengan kondisi perut yang membesar. Namun, ikan akan terlihat sangat lahap jika diberi pakan. Selain itu, dasar wadah pemeliharaan terlihat bersih dari kotoran ikan.

Pada kondisi akut, gejala yang terlihat pada ikan yang sakit dapat diketahui dengan mudah. Adapun gejala yang terlihat adalah sebagai berikut.

1)            Ikan selalu berada di permukaan air.

2)            Terjadi pembengkakan yang sangat besar pada perut ikan.

3)            Sisik tubuh, terutama bagian perut, terlihat mengambang seperti kulit buah salak.

4)            Ikan tidak banyak bergerak dan nafsu makannya hilang.


 

Pengobatan penyakit busung relatif sulit dilakukan, terutama pada stadium akut. Hal tersebut disebabkan penyakit menyerang bagian dalam tubuh ikan. Ikan yang terserang hingga stadium akut biasanya tidak dapat bertahan hidup. Namun, pengobatan terhadap ikan yang terserang penyakit ini masih dapat dilakukan pada stadium awal.

Pengobatan penyakit busung dilakukan dengan cara memberikan Medicatea Food yang mengandung antibiotika. Obat ini dapat diberikan dengan frekuensi pemberian empat kali sehari selama seminggu. Perlu diingat, pakan biasa belum dapat diberikan selama ikan belum dapat mengeluarkan kotoran. Pakan biasa baru dapat diberikan setelah ikan dapat mengeluarkan kotoran dan pemberian antibiotika dapat dihentikan.

Selain menggunakan Medicatia Food, pengobatan penyakit dapat dilakukan dengan merendam ikan selama 1—2 jam dalam larutan antibiotika Flagil 500. Selama perendaman, ikan dapat diberi pakan alami berupa kutu air sedikit demi sedikit. Dengan termakannya pakan alami tersebut, larutan antibiotika yang melekat pada kutu air diharapkan dapat masuk ke dalam pencernaan ikan.


c.Penyakit velvet

Penyakit velvet disebut juga dengan penyakit selaput embun. Penyakit ini disebabkan oleh serangan parasit Saprolegnia sp. Parasit ini menyerang sistem perlindungan tubuh sehingga tubuh ikan seperti ditumbuhi jamur berwarna putih. Pada serangan yang parah, tubuh hingga sirip ikan diselimuti selaput putih seperti lendir. 

Pemicu munculnya penyakit ini antara lain disebabkan oleh beberapa hal berikut.


1)            Penurunan suhu air media secara drastis akibat perubahan cuaca dari musim panas ke musim hujan. Perubahan ini dapat mempercepat masa inkubasi parasit.

2)            Kualitas air, terutama keasaman (pH), yang rendah akibat air media tidak diganti.

3)            Wadah pemeliharaan sering terkena hujan secara langsung.

4)            Air media terlalu kotor akibat endapan kotoran dan sisa pakan.

Gejala serangan velvet pada stadium awal dapat diketahui dari gejala-gejala yang terlihat seperti berikut.
1)           Ikan terlihat seperti mabuk dan berenang dengan cepat tanpa arah.

2)            Ikan terlihat menggetar-getarkan tubuhnya.

3)            Ikan terlihat diam di dasar akuarium atau permukaan air media, tetapi secara mendadak terlihat “berlari” mengelilingi akuarium.

4)            Ikan terlihat mengambil napas dengan tergesa-gesa.

 
Pada stadium II, gejala serangan yang terlihat antara lain sebagai berikut.

1)            Terdapat selaput seperti lender yang terkelupas pada bagian tubuh dan muka ikan.

2)            Sirip terlihat rusak seperti digigit.

3)            Ikan terlihat lesu, kehilangan nafsu makan, dan siripnya terlihat “menguncup”. 

 
Pada stadium akut, tubuh ikan akan terlihat memar dan berborok. Pada akhirnya, ikan akan mati.

Pengobatan penyakit velvet dilakukan dengan cara menyiapkan dua wadah berisi air. Selanjutnya, air pada wadah pertama dibubuhi obat antijamur berbahan aktif formalin, misalnya Blitz Icht, Fishmate, atau Root Stop. Adapun konsentrasi obat yang diberikan yaitu 0,3—0,5 ml/l air media. Sementara air media pada wadah kedua dibubuhi obat antibiotika seperti furazolidonetetracycline, atau octazine dengan konsentrasi satu tablet (250 g) per 20 liter air.

Setelah kedua wadah tersebut siap, masukkan ikan yang sakit ke dalam wadah pertama. Diamkan ikan dalam wadah pertama selama 30 menit. Selanjutnya, pindahkan ikan tersebut ke dalam wadah kedua dan diamkan selama 2—3 jam. Setelah itu, pindahkan kembali ikan ke dalam wadah pemeliharaan yang air medianya sudah diganti dengan yang baru.

Lakukan pengobatan selama 5—7 hari hingga ikan sembuh. Selama pengobatan, ikan tetap diberi pakan. Ikan yang mulai terlihat lahap memakan pakannya menunjukkan tanda-tanda kesembuhan.


d.            Penyakit berak putih
Penyakit berak putih disebabkan oleh serangan parasit golongan cacing nematoda, yaitu Ascaris sp. Cacing ini berukuran sangat kecil. Serangan Ascaris sp. tidak terlalu membahayakan ikan. Namun, jika tidak segera diobati, pertumbuhan ikan dapat terhambat dan warna tubuhnya menjadi kusam. Pada akhirnya, penangkar akan kesulitan mendapatkan ikan cupang dengan ukuran dan warna yang layak kontes.

Gejala serangan penyakit berak putih terlihat dari menurunnya nafsu makan ikan. Hal ini disebabkan cacing nematoda menyerang bagian dalam pencernaan ikan. Kotoran yang dihasilkan biasanya memanjang, berwarna putih, dan selalu hancur. Oleh sebab menurunnya nafsu makan, tubuh ikan menjadi kurus.

Pengobatan penyakit berak putih dilakukan dengan cara memberikan antibiotika, obat cacing, atau pakan khusus (Medicated Food). Pengobatan dengan antibiotika dilakukan dengan melarutkan 1/5 tablet Metrodinasol ke dalam 2,5 liter air. Kemudian masukkan pakan alami berupa kutu air sedikit demi sedikit. Pengobatan dengan pemberian obat cacing dilakukan dengan melarutkan satu tetes Verminox atau Worm X ke dalam lima liter air. Kemudian ikan cupang diberi pakan seperti biasa. Biasanya, penyakit dapat disembuhkan setelah pengobatan selama satu minggu.


 
2.      Penyakit nonbakterial

Penyakit nonbakterial umumnya disebabkan kesalahan perawatan. Setidaknya, terdapat dua jenis penyakit nonbakterial yang biasa menyerang ikan cupang, yaitu gigit ekor dan bacul.
a.             Gigit ekor
Gigit ekor ditunjukkan dengan perilaku ikan cupang yang menggigit ekornya sendiri. Perilaku tersebut disebabkan antara lain karena lapar, terlalu lama disebengi(berhadap-hadapan dengan cupang lain), atau gatal karena air medianya kotor. 

Penyakit ini memang tidak membahayakan kehidupan ikan cupang. Namun, harga cupang yang siripnya telah rusak, terutama cupang hias, menjadi sangat rendah. Hal tersebut disebabkan ikan tersebut sudah tidak dapat diikutkan dalam kontes.

Agar ikan cupang tidak menggigit ekornya sendiri, beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut.

1)      Lakukan penggantian air, minimal tiga hari sekali.

2)            Berikan pakan dengan takaran yang cukup sehingga ikan benar-benar kenyang.

3)            Jangan menyebengi ikan cupang terlalu lama.

b.            Bacul

Istilah bacul digunakan untuk menyebutkan kondisi ikan cupang yang secara tiba-tiba menjadi pucat atau warna tubuhnya hilang. Kondisi ini bisa saja muncul meskipun tidak terdapat infeksi pada tubuh ikan. Terjadinya kondisi ini dapat disebabkan oleh kondisi air yang terlalu kotor, terlalu lama disebengi dengan ikan cupang yang berukuran lebih besar, sedang birahi, atau mengalami perlakuan kasar. Pada cupang maskot, baculdapat terjadi karena disebengi dengan cupang berwarna atau normal.

Sebagaimana “gigit ekor”, bacul tidak membahayakan kehidupan cupang. Namun, jika tidak dikendalikan, bacul dapat menurunkan kondisi ikan cupang karena nafsu makan menjadi berkurang. Akibatnya, ikan menjadi takut saat berhadapan dengan ikan cupang lainnya sehingga tidak mungkin diikutkan dalam kontes dan harga jualnya pun menjadi rendah.

Agar ikan cupang yang akan dikonteskan tidak mengalami bacul, terdapat beberapa tindakan yang dapat dilakukan, yaitu sebagai berikut.

1)            Jangan “mengejar” ikan dengan tangan atau serok ketika akan memindahkannya ke wadah lain.

2)            Lakukan penggantian air yang sudah terlihat kotor dengan segera.

3)            Jangan menyebengi ikan cupang dengan cupang lain yang ukuran tubuhnya lebih besar.

4)            Sesekali, dekatkan cupang jantan dengan cupang betina agar dapat melampiaskan birahinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar